Have you seen a gay couple dating, holding hands in public and showing passion to each other? No? how if you do? Will you show your respect or disgust?
It’s complicated especially in Indonesia where gay relationship is considered a sin.
Andrea and Andrew Morris are seventeen-year-old twins, who share a lot of things together; school, friends, interest in sports and even rooms! Their brother sister thing goes along well until Ryder Coltrane comes up. This tall, green-eyed guy is really a girls’ attraction. He’s a real honk on the first he comes to school. Andrew, the knock out football player for his school reluctantly admits that he is hot. Andrew. Not Andrea. Wh--what?
Indeed. Andrew gets attracted to him on the first day of his arrival. Andrew, the popular guy who changes his dates every other week gets knocked out by Ryder’s green eyes, sweet smile, and gets flushed in Ryder’s touch. He stops dating. He stops getting around his friends. He stops messing around with his twin. He stops his interest in any girls. He stops his interest to continue college with his twin. All he wants is stay next to Ryder. Sweet…
Comment:
How many books do you read about gay things? For me, this is my second time. Different from the first book I read, this novel is quite page turning. I finished it only in two days with 180 pages. Probably it is a kind of my break after reading a quite heartwarming yet heart breaking book, Selimut Debu, or the simple conflict that made me read it flash. I just liked the way Jennifer Lavoie described relationship between Andrew-Ryder, Andrew-Andrea, Andrew-his parents, Andy-his best friends including his ex-girlfriends.
However, the issue about gay thing is not really something new. The conflict ends sweetly and a bit easy to predict. I wish that later in her next novel, Jennifer would put more twisted conflicts. Her first novel is pretty good, though. I recommend this book to teens and can be parents who might encounter twisting sexual orientation of their children.
Paperback, 175 pages Published Juni 2010 by Gramedia Rating 4/5 Ching Ching, anak keturunan dengan orang tua tunggal pemilik warung kweetiau, memiliki masa masa sekolah penuh derita. Panggilan yang bernada rasial, teman sekolah yang sering kali mem-bully physically dan gosip hubungannya dengan 'preman' sekolah yang tidak hanya menjadi sasaran guru guru sekolah tetapi juga para gadis populer, menjadikan masa sekolah Ching Ching penuh derita. Bukan Ching Ching namanya jika ia tidak bangkit melawan.Andari, pendatang dari Indonesia, Muslim, dan kebetulan menjadi saksi mata tragedi 9/11, berkenalan dengan Aysha, imigran Lebanon. Wajah cantik Aysha penuh luka masa lalu bom yang membunuh keluarganya. Perkenalan ini membuat Andari berpikir ulang tentang siapa yang lebih menderita dalam tragedi itu, tentang siapa yang bertanggungjawab, tentang agama dan ke-Tuhan-an, dll.Siapa yang tidak menginginkan mukjizat? Masalahnya, apakah mukjizat itu benar benar ada? Mukjizat sangat dinanti Malik bagi pasien kesayangannya. Tak ada ilmu kedokteran yang bisa menjelaskan apakah mukjizat akan datang, kapan dan kepada siapa.Percayakah kau akan ramalan kartu-kartu? Bagaimana jika kartu itu mengatakan kau akan kehilangan nyawamu di ulang tahunmu yang kesekian? Apakah kau tidak akan tertarik untuk menantang kebenaran ramalan itu dengan melakukan sesuatu yang justru akan semakin mendekatkan kebenaran ramalan itu? *** Ini adalah perkenalan saya yang pertama dengan Maggie Tiojakin. Terus terang, ekspektasi saya tidak terlalu tinggi, bukan, bukan pada bukunya, tapi pada diri saya sendiri. Saya kenal nama Maggie ini dari diskusi teman teman BBI. Saya cukup meng-underestimate otak saya bakal kurang prima (dalam arti yang sebenarnya) untuk memahami isi buku penulis weekender Jakarta Post ini. Ternyata saya langsung ketagihan di cerpen pertama buku ini. Dan tak berhenti sebelum cerpen terakhir. Ah, syukurlah, otak saya lumayan juga, meski menulis review kumcer yang terdiri 13 balada itu bagi saya cukup susah.Apa yang saya sukai dari buku ini? Di cerpen pertama, penulis mengambil kisah dari keseharian perawat yang mengharap mukjizat. Saya yakin, siapapun mengharap mukjizat datang di saat yang dibutuhkan. Ramuan kata Maggie mengalir tanpa dibumbui sastra yang nyastra yang meski dulu saya kuliah di sastra (Bahasa Inggris-pokoknya sastra kan? ;))), sering merasa kesulitan memahami bahasa sastra. Topik yang diangkat cukup natural. Keruntutan pikiran kalut Liana kadang saya alami. Ketakutan akan hal hal yang hanya terjadi di kepala membuat saya melihat pada diri sendiri. Ending yang menggantung sangat saya prediksi di beberapa cerpen karena kasus semacam itu lazim terjadi di masyarakat, dan masih terus terjadi di masa yang akan datang; seks bebas, hamil karena kecelakaan, perselingkuhan, penyakit maut, dll. Yang membuat shock adalah ending Dua Sisi, cerpen paling favorit, yang membuat saya terduduk dari tiduran ketika membacanya. Selama membaca kisah berlatar belakang tragedi 9/11 ini, saya terus menebak nebak apa yang akan terjadi pada Andari. Apakah dia akan terjebak menjadi teroris berikutnya sejak pertemuannya dengan Ahmed? Owh, Maggie memang keren. Saya suka ending yang mengejutkan. Saya tak tahu apakah Maggie terpengaruh dengan film film barat yag selalu ada adegan ranjang. Di hampir semua cerpen disini selalu saja ada adegan tersebut. Meski diungkap secara halus, dan persoalan kenapa ada adegan itu ada, sedikit banyak membuat saya sedikit risih. Dan kebetulan juga, pelaku pelaku adegan, baik legal atau tidak, selalu dipicu dari hasrat berlebih kaum laki laki. Ps. Posting ini saya publish untuk meramaikan posting bareng BBI dengan tema penulis perempuan. Tadinya saya akan memilih A Wrinkle in Time karya Madeleine L'Engle tapi saya urungkan begitu saya memegang buku ini. Berikut ini sekilas tentang Maggie Tiojakin yang saya kutip dari Goodreads.Maggie Tiojakin adalah seorang jurnalis, copywriter, dan penulis fiksi pendek. Karyanya telah dimuat di The Jakarta Post Weekender, Asian News Network (ANN), The Boston Globe, Brunei Times, Writers’ Journal, Voices, La Petite Zine, Femina, Kompas, Eastown Fiction, Somerville News, etc. Buku kumpulan cerpen pertamanya, berjudul Homecoming (and other stories) diterbitkan di tahun 2006 oleh Mathe Publications. Dia juga telah menerjemahkan dan mengadaptasi: buku karya Jason F. Wright yang berjudul Wednesday’s Letters (Surat Cinta Hari Rabu); Sugar Queenkarya Sarah Addison Allen; serta mengadaptasi dari film-ke-buku Claudia/Jasmine berdasarkan skrip karya Awi Suryadi. Keduanya diterbitkan Gagas Media (2008/2009).Saat ini, Maggie tengah menerjemahkan buku karya Sarah Addison Allen yang berjudul Garden Spells. Buku kumpulan cerpen ke-duanya, berjudul Balada Ching-Ching, diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, kini telah hadir di toko buku.Di waktu luangnya, Maggie mengelola sebuah situs gratis yang menghadirkan cerpen klasik karya pengarang dunia baik yang sudah ternama maupun belum dan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia untuk asupan masyarakat luas. Situs ini dinamakan Fiksi Lotus.